PERJUANGAN SAYU WIWIT DAN JAGA LARA


Pada bulan Januari 1772, Mas Surawijaya mengangkat pejabat-pejabat baru sebagai pemimpin perjuangan, di antaranya Daeng Tokontu/Mas Jagalara/Jagapati II/Wong Abang/Ki Abang di Bayu; Mas Gagak Baning di Bondowoso bersama Senopati Hanggapati; Bagus Patrakusuma/Mas Serandhil/Mas Sekar di Pagambiran – Pesanggaran;

Mas Ayu Wiwit/Sayu Wiwit (The Queen Emperor of Mounth Raung); Mas Ayu Prabu di Padang Alun-Gunung Bayu; dan Mas Surawijaya di Puger bersama Senopati Sindhu Bromo berhasil membebaskan Puger, Jember, dan Sentong dari tangan kompeni hingga mundur ke Basuki.

Tak terima dengan kekalahannya, Gubernur Johannes Robert van der Burgh segera memerintahkan Steenberger (Jember) dan Reigers (Panarukan) untuk merebut kembali Jember.

1 Oktober 1772, Gezaghebber R. Fl. Van der Niepoort (1772-1784) memerintahkan Kapten Heinrich beserta pasukan Ekspedisi V untuk melakukan penyerangan kembali ke Benteng Bayu.

Pasukan Blambangan di Bayu dipimpin oleh Mas Jagalara/Jagapati II bersama Bapa Endha/Keboundha. Mereka meneruskan perjuangan dan membuat sungai jebakan berisi bambu runcing.

Peltu Mirop dan Peltu Dijkman membawa 900 pasukan bersenjata meriam mengepung Benteng Bayu bersama pasukan Kapten Heinrich dan Vaandrig Jenigen dengan 1.500 bala tentara.

Pada 5 Oktober 1772, di pagi hari pasukan kompeni dipimpin Vaandrig Guttenburger dan Koegel dari Basuki telah masuki wilayah Sentong.

11 Oktober 1772, Letnan Imdeken dan Kapten Heinrich menggempur Bayu menggunakan meriam hingga luluh lantak rata dengan tanah. Pagi itu, Benteng Bayu akhirnya dapat direbut oleh kompeni. Rumah-rumah dibakar habis. Mas Jagalara gugur dan perang Bayu II dapat diakhiri.

Kapten Heinrich mendapat rampasan beberapa jenis senjata berupa 10 buah meriam dan 30 mortir ukuran 4 dim milik pejuang Bayu. Para prajurit kompeni pribumi mendapat rampasan 100 pucuk senjata berlaras panjang dan 30 ekor kuda serta masih banyak lainnya.

Rombongan Bapa Endha/Keboundha sebanyak 500 orang pengikutnya terpaksa meninggalkan benteng Bayu menuju pantai laut selatan hingga kemudian meneruskan perjuangan mereka di Nusa Barong yang telah dihuni 1.000 orang pengungsi yang menghuni tujuh kampung di pulau tersebut.

Baru pada tanggal 24 Oktober 1772, Residen Schophoff, memerintahkan penarikan pasukan kompeni dari Bayu. Setelah itu, Kapten Heinrich memerintahkan agar para pejuang Blambangan yang berhasil ditangkap untuk dibantai.

Kepala-kepala mereka dipenggal dan digantung di pohon-pohon. Sebagian yang masih hidup diangkut ke Teluk Pampang untuk dihukum mati dengan cara ditenggelamkan di laut dengan cara tubuhnya diikat pada batu-batu besar.

Diceritakan bagaimana ratusan orang yang tertangkap dalam pengejaran dibawa ke Benteng Teluk Pampang, delapan orang Wadwa agung dipisahkan dari lainnya, yang dikumpulkan seperti kambing.

Dengan tangan terikat, mereka dimasukkan ke dalam penjara dari bambu dan dijaga ketat. Puluhan serdadu Kompeni melaksanakan eksekusi dengan pedang mereka yang tajam. Para tawanan dipenggal kepalanya kemudian tubuh mereka dibelah empat. Eksekusi ini sangat mengerikan untuk dilihat, semua tewas tanpa mengeluarkan suara apa pun.

\Kepala dan bagian-bagian tubuh orang-orang Blambangan yang telah dipotong, ditancapkan di ujung bambu dan dipertontonkan sebagai peringatan bagi penduduk lainnya.

Sampai tanggal 7 November 1772 sudah ada 1.000 orang yang tertangkap dan dihukum mati. Schophoff ‘mengamankan’ 264 orang Blambangan yang sudah bersumpah setia kepada kompeni ke Surabaya. Prajurit pribumi kompeni merebut para wanita dan anak-anak Blambangan sebagai hasil rampasan perang.

Tahun 1773, pejuang-pejuang Blambangan di Nusa Barong melakukan perlawanan pada kapal-kapal Belanda di Puger untuk membantu Sayu Wiwit dan Mas Surawijaya.
Saat Puger dikepung, Sayu Wiwit gugur di lereng Gunung Bayu, Mas Surawijaya dan Sindhu Bromo ke Nusa Barong.(*)

Oleh : Mas Aji Wirabhumi_BKX
Sumber : Arsip BKX
Publiser : Nur Wahid Aziz
Ilustrasi : Kent Ali

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MELACAK SANG MENAK JINGGO

PERJUANGAN KI AGUNG WILIS

SEJARAH DESA BENCULUK (Bagian 1)