PANCASILA AGUNG


Pancasila, pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pancasila kemudian menunjukkan wibawanya, sebagai Soko guru tertinggi perundang-undangan di Indonesia. Hari lahirnya dirayakan setiap 1 Juni dan hari kesaktiannya juga diperingati setiap 1 Oktober.

Pada tanggal 30 September 1965, enam Jenderal dan 1 Kapten serta berberapa orang lainnya dibunuh dalam upaya kudeta gagal yang pada akhirnya berhasil diredam oleh otoritas militer Indonesia. Pemerintah kemudian menetapkan 1 Oktober sebagai Hari Kesaktian Pancasila.

Jauh sebelum itu, di Banyuwangi, di Balambangan tepatnya, peristiwa heroik berasaskan nilai-nilai ke-Pancasila-an pernah terjadi. Saat itu, Oktober 1767, rakyat Balambangan lintas suku, lintas agama, sebagaimana sila ke3 Pancasila bersatu melawan penjajahan VOC Belanda.

Perlawanan itu terjadi karena VOC menginjak-injak nilai-nilai kemanusiaan dan peradaban secara tidak adil dan tanpa adab. Disini sila ke2 pun mereka langgar.

Maka rakyat setelah ada permusyawaratan tokoh-tokoh sepuh yg memiliki hikmah dan kebijaksanaan di Grajagan, mulai menyusun kekuatan untuk melawan.

Semua seiya-sekata, demi keadilan sosial, demi kesejahteraan, dan demi masa depan Balambangan agar lebih baik. Dan jalan untuk itu, saat itu, hanya bisa ditempuh dengan perang mengusir penjajah.

Agung Wilis, tokoh yang mempersatukan itu. Ayahnya adalah mendiang Prabu Danureja (1697-1736), kakaknya adalah mendiang Prabu Danuningrat (1736-1764). Ibunya dari Bali. Gurunya adalah Syaikh Ahmad Bawafi yang memberinya buku Suluk Sudarsih, berisi ajaran agama Islam. Sahabatnya adalah Tan Hu Cin Jin, pendiri Klenteng pertama di Balambangan. Sahabat lainnya adalah Karaeng Dono (orang Bugis), Encik Kamis (orang Melayu), Wayahan Kotang (orang Bali_Mengwi), Gusti Ngurah Jembrana (dari Jembrana), Malayakusuma (bupati Malang), Raden Mas (dari Mataram), Singomanjuruh (dari Malang), Mas Ularang (dari Banger), Ranadiningrat (dari Madura), semua bersatu dg orang Balambangan, untuk melawan VOC.

Perang Wilis yang berlangsung selama 2 tahun (1767-1768) itu kemudian menjiwai rentetan perang Semesta Blambangan hingga 1815. Perang penaklukan tanah Jawa terakhir bagi VOC, yg membuat lembaga penjajahan ini akhirnya menelan kerugian senilai 8 ton emas hingga menyebabkan dia dibubarkan oleh pemerintah Belanda tahun 1799.

Bulan Oktober ini, sambil kita mengenang hari kesaktian Pancasila, rupanya di tanah kita ada juga bukti ttg kesaktiannya, jauh-jauh hari sebelum Pancasila itu sendiri ada.

Perjuangan Agung Wilis sebagai pahlawan Pluralisme n Multikulturalisme asal Balambangan merupakan wujud nyata dari pengejawantahan Pancasila itu sendiri.

Bagaimana tidak, disaat integritas Nasional terancam, saat nilai-nilai kebhinekaan yg tunggal Ika mulai dihantui perpecahan, kita menemukan ikon persatuan , ikon pluralisme, dan ikon multikulturalisme. Tidak jauh-jauh, tapi ada dalam diri kita, dalam sejarah kita, dalam leluhur kita. Agung Wilis sang Pahlawan Nasional dari Balambangan.

__________________________________________________________________________
Keradenan, 1 Oktober 2018.

Oleh : Mas Aji Wirabhumi
Karikatur : Kent Ali
Publish by : Mas Anom Mahameru
BKX News

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MELACAK SANG MENAK JINGGO

PERJUANGAN KI AGUNG WILIS

SEJARAH DESA BENCULUK (Bagian 1)