FITNAH TERHADAP BALAMBANGAN (Bagian I)
Sejarah seharusnya membuat kita belajar dan sadar akan pentingnya mempersiapkan masa depan dengan lebih baik. Sejarah seharusnya memberi kita arah untuk menjadi lebih baik, lebih cerdas mengambil langkah di masa kini dan masa depan. Sejarah seharusnya menjadi sumber motivasi bagi siapapun yang mempelajarinya.
Begitu pentingnya sejarah sampai-sampai dalam kitab suci 75% isinya adalah sejarah. Namun sayangnya karena kepentingan sesaat sejarah hanya menjadi alat untuk memperkuat dan melanggengkan kekuasaan, akibatnya tidak sedikit fakta-fakta yang tidak diungkap secara utuh, ada yang ditutup-tutupi, dimanipulasi, bahkan sengaja dihapus. Ada banyak kepentingan yang bermain dalam penulisan sejarah, terutama masalah politik.
Demikian pula sejarah Balambangan. Pokok kalau Balambangan itu, harus salah dan harus kalah. Contoh...
1. Paregrek 1401-1406 (Balambangan penyebab hancurnya Majapahit?)
Setiap kita membaca sejarah Majapahit, maka pada bagian akhir akan menemukan rangkaian kalimat yang mengarahkan kita untuk berfikir bahwa Majapahit runtuh dimulai dari peristiwa Paregrek tahun 1401-1406. Kemudian pada bagian lain kita akan digiring pada argumen selanjutnya bahwa Paregrek adalah perang antara Kedhaton Kulon melawan Kedhaton Wetan dimana yang dimaksud Kedhaton Wetan diasumsikan sebagai Balambangan. Sebuah perang saudara yang dilandasi perebutan tahta antara Wikramawardhana (anak mantu) dengan Bhre Wirabhumi/Menak Jinggo (anak selir).
Kesalahan dalam cerita tersebut setidaknya ada dalam dua hal. Pertama, mengaitkan Kedhaton Wetan dengan Balambangan, dan yang kedua menyebut Bhre Wirabhumi (saja) dengan 'garis miring' Menak Jinggo. Sejarah ‘pemberontakan Raja Balambangan, Menak Jinggo’ ini menduduki urutan teratas sebagai hal paling menarik perhatian tentang Sejarah Balambangan selama ini.
Paregrek, yaitu perang antara Kedhaton Trowulan dengan Kedhaton Wetan (di Pamwatan, Porong Sidoarjo). Karena Paregrek-lah, Balambangan kemudian dianggap sebagai Negeri Pemberontak yang menjadi penyebab awal pudarnya pesona Wilwatikta hingga keruntuhan-nya.
Padahal jika kita mau objektif, dari akhir Paregrek tahun 1406 hingga akhir Majapahit 1478 ada jeda waktu lebih dari tujuh puluh tahun. Waktu yang cukup untuk melahirkan seribu alasan lain selain Paregrek sebagai penyebab runtuhnya Majapahit. Artinya, bukan Paregrek penyebab sirnanya Majapahit. Inilah yang penulis maksud dengan 'Fitnah' pertama terhadap Balambangan.
Kalaupun memang benar bahwa Paregrek (1401-1406) adalah penyebab runtuhnya Majapahit 70 tahun kemudian (1478), maka tetap tidak ada hubungannya dengan Balambangan yang baru berdiri 1479.
__________________________________________________________________________
Oleh : Mas Aji Wirabhumi
Sumber : Arsip BKX
Publis : Mas Anom Mahameru
Komentar
Posting Komentar