FITNAH TERHADAP BALAMBANGAN (Bagian II)
Fitnah kedua terhadap Balambangan kali ini seperti berusaha menunjukkan bahwa kerajaan di ujung timur Jawa ini seolah tidak tahu Budi. Ini adalah kisah tentang Syaikh Maulana Ishaq.
(2) Syaikh Maulana Ishaq (Apa salah Syaikh Maulana Ishaq pada Balambangan?)
Terdapat satu cerita tentang wabah yang melanda Balambangan sekitar abad XIV. Kisah ini dimuat dalam Babad Walisongo dan Babad Tanah Jawi. Dalam kisah itu, hadirnya Syaikh Maulana Ishaq adalah sebagai penolong penduduk Kadipaten untuk sembuh dari wabah.
Disana dikisahkan bahwa Kadipaten Balambangan tengah diserang wabah lalu Adipati mengadakan swayamwara. Jadi sang Adipati MENGUNDANG siapapun yang bisa mengobati rakyat dan terutama puterinya yang juga terjangkit wabah.
Singkat cerita, Sang Syaikh berhasil mengobati bukan hanya Puteri sang Adipati yang bernama Dewi Sekardadu atau Dewi Kasiyan itu, tapi bahkan seluruh rakyat Balambangan akhirnya tertolong. Dan sebagaimana janji sang Adipati sendiri, Sang Syaikh dinikahkan dengan Sang Puteri.
Jadi, awalnya Adipati sendiri yang BUTUH BANTUAN dan Adipati juga yang MENJANJIKAN HADIAH pada Sang Syaikh. Bukan sang Syaikh yang mau jauh-jauh datang dari Passai Aceh untuk menolong penduduk Balambangan yang bahkan tidak dia kenal. Sang Syaikh juga tidak berambisi menikahi Puteri Kadipaten.
Namun setelah itu, dalam cerita tersebut, Sang Pahlawan justru diusir oleh Sang Adipati, mengorbankan rumah tangga putrinya, dan bahkan cucunya sendiri, Raden Paku (putera sang Syaikh dengan Dewi Sekardadu) ‘dibuang’ ke laut oleh Sang Adipati yang tak lain adalah kakeknya sendiri.
Alasan pengusiran itu juga sangat mengada2. Katanya hanya karena akan diajak masuk islam lalu Sang Adipati marah. Bandingkan dengan Babad Dalem, saat Sunan Giri III meminta raja Bali masuk Islam, bagaimana cara Sang Raja Bali menolak dengan halus. Bukan justeru mengusir namun justeru memberinya tanah sebagai tempat tinggal di kampung Selam Gelgel.
Kita belum membahas cerita ini dari sisi Suluk Balumbung sebagai pembanding Babad Walisongo tersebut, dimana karakter sang Adipati sangat jauh berbeda dengan cerita di atas. Yang jelas Sang Syaikh TIDAK PERNAH MEMAKSA. Dan jika yang sang Syaikh memaksa maka yang diajarkannya tentu bukan Islam karena secara teknis agama tersebut tidak boleh diajarkan dengan paksaan.
Sekarang, kesan yang timbul justeru adalah Adipati Balambangan menjadi tokoh yang TAK TAHU BALAS BUDI karena setelah kerajaannya diselamatkan dari wabah, namun penyelamatnya justeru diusir dengan sangat hina dan memalukan.
Kisah ini, dalam sumber-sumber fanatik lain bahkan sengaja dihapus. Sehingga bahkan nama Adipati MENAK SEMBUYU sampai sengaja dihilangkan karena sentiment agama. Bagi sebagian orang fanatik, tidak ada nama Adipati Balambangan bernama Menak Sembuyu. Bagi mereka Balambangan adalah Kerajaan Hindu terakhir di tanah Jawa, maka jejak adanya Islam harus dihapus. HARUS. Dan ujung-ujungnya pendapat VOC (yang katanya mereka benci) itulah yang dipakai, bahwa Islam baru disebarkan ke Blambangan oleh VOC pasca penaklukkan tahun 1767-1768. Lucu.
_______________
Catatan: Poin yang didiskusikan dalam tema ini adalah: *Balambangan Tak Tahu Balas Budi* bukan soal Agama.
__________________________________________________________________________
Oleh : Mas Aji Wirabhumi
Publish : Mas Anom Mahameru
Komentar
Posting Komentar