PARA PENGAWAL GUNUNG BAYU

Balambangan telah kehilangan raja terakhirnya, setelah Pangeran Balambangan III Agung Wilis pada tanggal 18 mei 1768 tertangkap di Banyualit dan kemudian dibuang bersama puteranya, Mas Stradi, ke Banda. Namun hal itu bukan peperangan terakhir di Balambangan, justeru menjadi awal perang sporadik yang akan bertubi-tubi sampai 37 tahun kemudian.

Keadaan yang sulit di Balambangan tersebut sampai membuat Gubernur Jenderal kompeni di Batavia, P.A. van der Parra meminta saran dari Pangeran Orange di Negeri Belanda. Dia mengatakan bahwa dirinya dan anak buahnya sudah tidak tahu lagi, apa yang harus mereka perbuat untuk menundukkan Balambangan.

Seusai Agresi Militer kedua kompeni tahun 1768, Gezaghebber Joan Everard Coop a Groen kembali ke Surabaya. September 1769 dia tewas karena wabah aneh. Pengganti Joan Everard Coop a Groen sebagai Gezaghebber Surabaya adalah Hendrik Breton. Dia mengangkat Jacop Guttenberger dan Johan Gotlieb Jenengen sebagai Residen sementara di Balambangan yang menjabat selama dua tahun (1768-1770) sampai pemerintah Batavia menunjuk residen resmi kompeni untuk Balambangan, yakni Residen Letnan CVD. Biesheuvel (1770-1771).

Serangan-serangan kompeni yang sedemikian dahsyat telah mengakibatkan sepertiga penduduk Balambangan gugur menjadi korban. Sepertiganya lagi memilih tunduk menyerah kepada kompeni, dan sepertiga sisanya dibuang atau memilih untuk menyingkir ke hutan di pegunungan Bayu atau ke pantai selatan.

Saat itu, empat orang pemimpin spiritual istana telah menyepi di Pertapaan Bayu (Umbul Pakis). Mereka adalah;
1. Bapa Endha/Keboundha,
2. Bapa Larat,
3. Bapa Rappa/Ki Ajar Manik Rupa, dan
4. Bapa Malam.

Setelah itu kompeni melalui Residen Balambangan, Letnan CVD. Biesheuvel mengumumkan amnesty masal bagi rakyat Balambangan yang mau tunduk pada kompeni sehingga mau kembali ke Kutharaja Lateng dan Lopangpang. Penduduk Balambangan dari kalangan penghianat lebih memilih aman dengan menghamba pada kompeni daripada berjuang bersama para ksatria Balambangan di Bayu, Puger, dan Nusa Barong. Mereka ditempatkan di Loji kompeni atau di daerah-daerah kantong pendudukan sebagai ‘orang-orang jinak’ yang mudah dikendalikan.

=====================================================================================

Bkx News
Oleh : Mas Aji Wirabhumi
Editor : Mas Anom Mahameru
Karikatur : Kent Ali

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MELACAK SANG MENAK JINGGO

PERJUANGAN KI AGUNG WILIS

SEJARAH DESA BENCULUK (Bagian 1)