Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2017

BANYUALIT, BANJIR DARAH YANG TERLUPAKAN II

Oleh: Sumono Abdulhamid Editor: Mas Aji Wirabhumi Peta kekuasaan Sultan Agung dan kompeni. Setelah menaklukan sebagi ln Jawa Timur dan Madura, R. Mas Rangsang menggunakan gelar “Sultan Agung Hanyakrakusuma Senapati Ingalaga Abdurachman Sayidin Panatagama". Setelah menguasai sebagaian Jawa Timur dan Madura, Sultan Agung berkoalisi dengan Kesultanan Cirebon dan Banten menyerbu VOC di Batavia. Sayang penyerbuan mengalami kegagalan. Tetapi Mataram tetap kokoh berdiri, dan Sultan Agung meneruskan perlawanannya kepada VOC. Pada tahun 1636 sampai dengan 1640, Sultan Agung sekali lagi menyerang Jawa Timur dan Blambangan. Penyerangan ini menurut DR. Sri Margana lebih menyerupai perampokan daripada pendudukan (Perebutan Hegemoni Blambangan, 40). Tahun1646 Sultan Agung wafat dengan penuh kewibawaan dan digantikan putranya, dan bergelar Amangkurat I. (1646 sd 1677). Berbeda dengan Sultan Agung, putra yang menggantikannya, dikenal sebagai raja TIRAN (DR. Sri Margana. PHB 37 dan Trilog

SATYA A NAGARI I

Gambar
SATYA A NAGARI (poin one) Blambangan sebagai Kerajaan Blambangan sebagai Kabupaten Oleh: Ki Gede Banyualit (Sebuah analisa dalam bentuk rangkuman dari berbagai literatur) Telah banyak di ketahui publik tentang Blambangan. Namun tidak banyak yang tahu, paham dan mengerti tentang Blambangan. Bagaimana awal Blambangan sebagai kerajaan merdeka dengan kekuatan kolektif antara mangkupraja dengan rakyatnya dalam satu wilayah berjuluk Blambangan. Ada dua sudut pandang yang diperdebatkan yang sampai sekarang belum mencapai titik temu, bahkan (mungkin) tidak akan ada titik temu dalam diskursus tentang Blambangan. Dalam tulisan ini dua sudut pandang yang berbeda tersebut diungkapkan, yaitu sudut pandang "Kerajaan Blambangan" dan sudut pandang "Kabupaten Banyuwangi (yang di kenal publik berjuluk Blambangan)" yang keduanya sama-sama benar. Pertama : Blambangan (Kerajaan) Berdasarkan literatur sejarah, termasuk dalam cerita publik di sebutkan ada kerajaan di tim

BLAMBANGAN, SEJARAH YANG KIAN TENGGELAM

Dari berbagai kronologi sejarah yang telah di telusuri dengan ekspedisi di situs yg tercatat dalam literatur, mulai terbuka wawasan sejarah terutama bagi saya pribadi. Pada awalnya memang dari cerita tutur saya mempercayai BONGGOL sejarahnya karena saya yakin dalam penyampaian dari generasi ke generasi pasti ada tambahan dan pengurangan karena di sampaikan secara lisan. Hingga akhirnya komunitas kecil sepakat untuk mengeksplore dan mendiskusikan beberapa poin penting dalam sejarah. Terutama mengembangkan dan mengekspedisi situs yang pernah ada pada masa lalu untuk kemudian mencocokkan dengan literatur. Ambil contoh Banyualit, Ulupampang, Setinggil, Kuto Lateng, Wijenan, Gumukagung Wilis, Bayu, Macan Putih, Balekambang dan banyaj tempat lain yang erat kaitannya dengan Blambangan. Itu masih yang sekarang ada di wilayah administratif Banyuwangi. Belum yang dari wilayah administrasi lain seperti Situbondo, Bondowoso, Jember, Probolinggo, Pasuruan, Lumajang dan beberapa tapal batas w

BANYUALIT, BANJIR DARAH YANG TERLUPAKAN I

Oleh: Sumono Abdulhamid Editor: Mas Aji Wirabhumi Dalam buku Perebutan Hegemoni Blambangan DR. Sri Margana menulis: • Penyerahan kawasan Java Ooesthoek (yaitu Malang, Probolinggo, Pasuruan, dan Blambangan kepada Kompeni), berdasarkan klaim teritorial kuno Mataram, yang sebenarnya jauh dari realitas politik aktual. (41) • Banyualit banjir darah pada 31 Maret 1768 Penyerahan Java Oosthoek dari Pakubuwana II ke VOC Sultan Pakubuwana II, baru berumur 15 tahun ketika diangkat menjadi Sultan Mataram (1726-1749) menggantikan Amangkurat IV (1719 -1726). Sultan Pakubuwana II adalah putra Amangkurat III, karena masih terlalu muda dan kurang mampu dalam pemerintahan, Mataram terus dilanda perebutan kekuasaan. Bahkan pada tahun 1742, pemberontak berhasil merebut ibukota Mataram Kartasura. Kartasura dalam keadaan hancur luluh lantak, dan Pakubuwana II, kemudian mengungsi. Untuk merebut kembali tahtanya Pakubuwana II meminta bantuan VOC dan VOC menyodorkan sebuah perjanjian, yaitu mengga

BLAMBANGAN MEMBARA VII

Oleh: Sumono Abdulhamid Editor: Mas Aji Wirabhumi BKX Singomanjuruh menjadi Singojuruh. Di Mandala Timur, pimpinan perang dari Blambangan, Singomanjuruh (veteran perang Malang), pengawal Adipati Malang dan Blitar memimpin perang dengan heroik bertempur sampai titik darah penghabisan dan gugur. Pada tempat gugurnya dipersembahkan namanya, Singomanjuruh, tetapi kemudian kita mengenalnya SINGOJURUH. Di Mandala tempur Timur 700 orang pasukan dan dua Komandan Perang (Sangkil dan Vasco Keling) meninggal mengenaskan, dan dua Komandan perang Kompeni Leitnant Monro dan Imhooff terluka kena panah beracun warangan yang tak bisa ditangkal sehingga telah menyebar dalam tubuhnya, menjadikan darah menggumpal dan menyumbat aliran darah, mematikan syaraf, menyebabkan rasa sakit yang luar biasa. Kedua orang itu mengerang kesakitan semalam suntuk, dengan tubuh secara perlahan membiru. Team kesehatanpun tidak mampu mengobati. Sedang Leitnant Schaar dan kapten Alap Alap, terhindar dari kematian

BLAMBANGAN MEMBARA VI

Oleh: Sumono Abdulhamid Editor: Mas Aji Wirabhumi BKX Bela Pati Setelah pertempuran RAUNG, pasukan Blambangan ditarik mundur ke Bayu dan menjadikan sebagai hari berduka bagi Blambangan. Gugurnya Baswi, veteran Perang Surabaya, yang berhasil merebut meriam dan bedil dari Belanda, juga guru Wong Agung Wilis, serta teladan Satya a Nagri, sungguh sebuah kehilangan besar. Lebih dari itu kematiannya sangat menyakitkan para ksatrya Blambangan. Tipu daya Kapten Kreygerg tidak akan pernah termaafkan. Disamping berduka karena gugurnya Baswi, pasukan Blambangan juga berbahagia menerima Singamanjuruh pimpinan pasukan Mataram yang membelot dari Kompeni. Untuk menebus gugurnya Baswi dan R. Mas Puger Surawijaya, perang besarpun harus dipersiapkan. Strategy Tempur Supit Urang perlu diganti, tetapi aturan perang Majapahit tidak boleh ditinggalkan. Sementara Kapten Kreygerg dan Henrich setelah pertempuran itu meneruskan perjalanan menuju Bayu, mereka memilih jalan yang formal dengan penuh ke

BLAMBANGAN MEMBARA V

Oleh: Sumono Abdulhamid Editor: Mas Aji Wirabhumi Satya A Nagari Gelar pasukan VOC dari Barat segera bergegas menuju ke timur, menemui Mayang, Kalisat. Desa-desa Blambangan sepi, demikian juga pasukan Kompeni yang menyerbu dari timur juga menemui Banyuwangi, tanah Perdikan Pakis, Lugonto juga sepi. Loji Kompeni di Muncar sudah tidak terawat lagi, Keradenan hanya menyisakan beberapa orang tua. Tanda kehidupan hanya berupa berkibarnya kain hitam yaitu tanda berkabung atas wafatnya R. Mas Puger Surawijaya dimedan pertempuran Barat. Pagi dini hari 14 Desember Pasukan Kompeni, dibawah pimpinan Kapten Kreygerg, Kapten Heinrich, Letnan Fisher, De Kornet Tinne telah mencapai Gunung Raung. Pimpinan pasukan Blambangan Ledok Samirana yang kalah di Puger membelot ke pihak Kompeni. Di Raung tentara Blambangan dibawah pimpinan Baswi, Sayu Wiwit, Sradadi, dan Yestyani menghadang Kompeni. Sedangkan pasukan kompeni dari arah Ulupampang (Muncar) tentara Kompeni dibawah pimpinan Leitnan Inhoff

BLAMBANGAN MEMBARA IV

Pemberontakan Pseduo Wilis / Pangeran Rempeg Jagapati[Cerpen Sejarah ] Setelah Kompeni melumpuhkan pemberontakan Wong Agung Wilis dan membuangnya ke Banda, kompeni semena mena menghapus kerajaan Blambangan dan membelah Blambangan menjadi dua wilayah; Blambangan Barat meliputi Jember, Bondowoso, Situbondo, dan Blambangan Timur (Banyuwangi). Kompeni juga mengangkat para Bupati dari luar Blambangan. Rakyat Blambanganpun marah dan perlawanan kepada VOC tidak pernah surut. Pemberontakan di seluruh Blambangan kini mengerucut menjadi pemberontakan/perjuangan yang lebih besar sebagai kelanjutan perjuangan Wong Agung Wilis dibawah pimpinan Pangeran Jagapati/Rempeg yang berpusat di Bayu. Seperti Wong Agung Wilis, P. Jagapati juga seorang pimpinan yang Kharismatis. Usaha Biesheuvel (Resident Blambangan) memadamkan pemberontakan ini dengan kekuatan Kompeni di Blambangan gagal total. Pemberontakan ini menjadi lebih berkobar karena ternyata Wong Agung Wilis dengan bantuan Rencang Warenghay y

BANYUALIT YANG HILANG DITELAN KEMEWAHAN

Gambar
BANYUALIT YANG HILANG DI TELAN KEMEWAHAN (Yang ada banyualit Buleleng Bali) 1767 - 1768 Perang antara Blambangan dan Penjajah terjadi di Banyualit (BENTENGAN - BLIMBINGSARI sekarang) Setelah pasukan dan keluarga Surapati cerai berai akibat tumpes kelor Pangeran Agung Wilis memfokuskan pertahanan utama di Kedawung Puger. Hal ini menyebabkan pertahanan di pesisir timur melemah. Di luar perkiraan VOC menyerang pelabuhan Banyualit dengan kekuatan cukup besar di pimpin Edwijn Blanke. Untuk memperkuat armada pesisir Pangeran Agung Wilis mengirim armada untuk mempertahankan pelabuhan Banyualit dengan pasukan gabungan Blambangan yg multi etnis dan pasukan bugis yang di pimpin oleh Warenghay. Sedangkan pasukan Blambangan di pimpin oleh Lindu Segara dan Jala Rante. Dalam mempertahankan Banyualit sebagai pintu masuk ke kedaton Lateng Jala Rante gugur dan Pasukan Lindu Segara mundur. Selanjutnya VOC menyerang melalui dua jalur untuk menguasai kedaton Lateng dengan jalur Banyualit dan

ULU PAMPANG

Dalam sejarah blambangan di kenal pelabuhan besar bernama Ulu Pampang yang tepat berada di Teluk Alas Purwo. Masuk dalam wilayah administratif Balai Taman Nasional Alas Purwo dengan dominasi vegetasi bakau. Situs yg tersisa adalah bekas bangunan yg berada di kedalaman bukit di tengah hutan bakau yang di kelingi tanaman bakau. Sekitar bukit akan terwndam air laut namun hanya bukit ini yg tersisa saat debit air naik. Ulu Pampang telah tertutup secara alami, pelabuhan besar bergeser ke pelabuhan Muncar yang sekarang fokus pada pelabuhan ikan. Pelabuhan ini dekat dengan pusat kerajaan Blambangan Hamuncar yg masih di tandai dengan adanya Situs Ompak Songo dan Situs Siti Hinggil (terkenal dengan Setinggil). Apakah bukti sejarah di Muncar dan Tegaldlimo (sekarang) harus di lupakan oleh kita yang NUMPANG di tanah merdeka berjuluk Indonesia. Mengadopsi yang di sampaikan oleh Bapak Iskandar Zulkarnain dalam forum kebangsaan, Negeri merdeka adalah milik mereka yang berjuang memerdekakanny

BLAMBANGAN MEMBARA III

Penyerbuan Banyualit.[Cerpen Sejarah] Berawal dari serangan brutal VOC yg membabi buta di Malang dan Lumajang tanpa adanya sedikitpun usaha-usaha diplomasi sebelumnya. Hal ini tentu saja mengundang Wong Agung Wilis untuk mengirim pasukan bantuan pada Adipati Lumajang Raden Kartanegara dan puteranya Raden Malayakusuma (Adipati Malang) guna membantu keturunan Untung Surapati itu dalam melawan serangan brutal VOC. Expedisi dibawah pimpinan Baswi (kawan seperguruan Wong Agung Wilis) ini sekaligus sebagai upaya Blambangan dalam mempersiapkan pasukan pertahanan di Jember/Kuthodawung. Kekuatan pasukan VOC dalam gelar TUMPES KELOR keturunan Surapati, tak terbendung, seluruh keturunan Suropati dihabisi.Maka pasukan Blambangan yang dipimpin Baswi terpaksa mundur teratur kearah Jember, meskipun demikian Baswi dapat merebut beberapa meriam dan puluhan senapan VOC. Dengan melalui jalan berliku Baswi mampu membawa senjata tersebut mencapai puncak Raung. Berita kehancuran keturunan Untung Suropa

BLAMBANGAN MEMBARA II

Penyerahan Java’s Oosthoek Pada tahun 1743, Raja Pakubuwana II dari Mataram menyerahkan Java’s Oosthoek (dari Bromo sampai Banyuwangi) kepada VOC sebagai balasan atas pengembalian tahtanya yang direbut pejuang lokal. Penyerahan kawasan ini berdasarkan atas sebuah klaim teritorial kuno Mataram yang sebenarnya jauh dari realitas aktual karena Malang, Lumajang tetap dikuasai penuh keturunan Suropati, sementara Blambangan masih dikuasai oleh keturunan Tawangalun. Tentu saja hal ini menimbulkan perlawanan terhadap keputusan yang semena mena itu. Maka tidak salah bahwa dua keturunan ini, yang tidak pernah mengakui kekuasaan Mataram melakukan persiapan melawan keputusan itu. Konsistensi dan kesatuan gerak perlawanan keturunan Suropati dan Tawangalun menentang Belanda sukar dicari bandinganya dimana selalu dapat lepas dari Mataram sangat menolak penjajahan asing. Di sisi lain perusahaan dagang Inggris East India Company (EIC), sangat berambisi meluaskan kekuasaannya hingga ke belahan timur

BLAMBANGAN MEMBARA I

Gambar
novel tanah semenanjung Pendahuluan: Tulisan ini terinspirasi novel TRI LOGi SEMENANJUNG, buah karya PUTU PRABA DRANA, dan juga buku para sejarahwan DR. Sri Margana, Drs I Made Sudjana MA, Hasan Ali. Pendahuluan desertasinya Doktor di Leiden University Sri Margana (dosen sejarah UGM ) Java’s Last Frontier. The Struggle for Hegemoni Blambangan yang sangat menggilitik yang menulis: The foundation of this study is fairly simple qoestion; Why did such a long time (aproximately forty years) to incorporate this region succesfully in to the VOC Administration. Selanjutnya DR Sri Margana menuliskan: …penduduk di kawasan itu (Blambangan) berkeras menolak pemerintahan Belanda, dan terlibat dalam pertarungan panjang melawan VOC hampir hampir mengorbankan segalanya untuk mempertahankan idealisme mereka. Kemudian pada paruh akhir abad ke 18 Inggris menambah panas situasi tersebut ketika mulai mengusik kawasan ini dalam rangka mencari komoditas alternatif untuk diperdagangkan ke China. Betap

MELACAK SANG MENAK JINGGO

Gambar
LEGENDA DAMARWULAN MENAK JINGGO Tersebutlah seorang ratu bernama Dewi Suhita yang bergelar Ratu Ayu Kencana Wungu (Suhita: tahun 1429-1447). Ia adalah penguasa Kerajaan Majapahit yang ke-6. Pada era pemerintahannya, Majapahit berhasil menaklukkan banyak daerah yang kemudian dijadikan sebagai bagian dari wilayah kekuasaan kerajaan yang berpusat di Trowulan. Salah satu kerajaan yang menjadi taklukan Majapahit adalah Kerajaan Blambangan yang terletak di Banyuwangi. Kerajaan itu dipimpin oleh seorang bangsawan dari Bali, bernama Adipati Kebo Marcuet. Adipati ini terkenal sakti dan memiliki sepasang tanduk di kepalanya seperti kerbau. Keberadaan Adipati Kebo Marcuet ternyata menghadirkan ancaman bagi Ratu Ayu Kencana Wungu. Meskipun hanya seorang raja taklukan, namun sepak terjang Adipati Kebo Marcuet yang terus-menerus merongrong wilayah kekuasaan Majapahit membuat Ratu Ayu Kencana Wungu cemas. Ratu Majapahit itu pun berupaya menghentikan ulah Adipati Kebo Marcuet dengan mengadaka

BABAD LOKAL BLAMBANGAN PESANAN BELANDA

Tahun 1773, VOC yang telah menyita seluruh catatan khasanah ilmu dan informasi peninggalan Kerajaan Blambangan dalam ekspansi tahun 1767-1768, kemudian membakar-nya. Untuk memutus rantai sejarah generasi yang akan datang di Banger, VOC memerintahkan pada Tumenggung Djoyonegoro (1767-1804) agar menugaskan Purwasastra untuk menulis sebuah babad tentang Blambangan. Saat itu, Tumenggung keturunan Raden Brondong Lamongan ini mendapat ide untuk mencari legalitas kebangsawanan silsilah Raden Brondong ke leluhur Kerajaan Blambangan. Dia memerintahkan kepada patihnya yang bernama Kertajaya untuk menulis sebuah Babad tentang sejarah Blambangan yang lain lagi. Akhirnya pada abad 18 itu, dari Banger lahirlah dua Babad Londo rasa Lokal tentang Blambangan. ___________ Setidaknya selama tahun 1767-1815 atau selama 47 tahun, Blambangan terus bergolak. Kompeni yang merasa memilikinya sejak Perjanjian dengan Mataram 1743 tidak pernah bisa menaklukkannya. Selain 2 babad baru tentang Blambangan yan

PEREBUTAN TAHTA TERAHIR BLAMBANGAN (bagian I)

Pada tahun 1736, Blambangan adalah negeri satu-satunya di Nusa Jawa yang masih bebas dari hegemoni kompeni, karena itu tentu saja Blambangan menjadi jujugan para pedagang asing juga pedagang-pedagang pribumi dari berbagai penjuru Nusantara yang memusuhi kompeni. Kala itu, kerajaan yang dipimpin oleh Mas Sepuh atau Pangeran Jingga Danuningrat tersebut, tengah mengalami rasa takut, gelisah, resah dan saling curiga akibat ulah putera mahkota, Mas Anom Sutajiwa yang sejatinya berhak menjadi penerus tahta, namun justru salah mencari dukungan kepada kompeni dan anteknya. Di sisi lain, panglima perang Blambangan, yang benar-benar fanatik dengan bangsa dan negaranya, yakni Mas Bagus Sutanagara (keturunan Mas Kertanegara) berusaha menyelamatkan negerinya.Namun, gerakannya tidak didukung rakyat karena bukan keluarga dekat Pangeran Jingga Danuningrat. Adanya persaingan tentang ‘siapa yang akan menjadi penerus tahta?’ telah memecah belah wadwa agung menjadi beberapa kubu yang satu sama lain

PERJUANGAN SAYU WIWIT DAN JAGA LARA

Gambar
Pada bulan Januari 1772, Mas Surawijaya mengangkat pejabat-pejabat baru sebagai pemimpin perjuangan, di antaranya Daeng Tokontu/Mas Jagalara/Jagapati II/Wong Abang/Ki Abang di Bayu; Mas Gagak Baning di Bondowoso bersama Senopati Hanggapati; Bagus Patrakusuma/Mas Serandhil/Mas Sekar di Pagambiran – Pesanggaran; Mas Ayu Wiwit/Sayu Wiwit (The Queen Emperor of Mounth Raung); Mas Ayu Prabu di Padang Alun-Gunung Bayu; dan Mas Surawijaya di Puger bersama Senopati Sindhu Bromo berhasil membebaskan Puger, Jember, dan Sentong dari tangan kompeni hingga mundur ke Basuki. Tak terima dengan kekalahannya, Gubernur Johannes Robert van der Burgh segera memerintahkan Steenberger (Jember) dan Reigers (Panarukan) untuk merebut kembali Jember. 1 Oktober 1772, Gezaghebber R. Fl. Van der Niepoort (1772-1784) memerintahkan Kapten Heinrich beserta pasukan Ekspedisi V untuk melakukan penyerangan kembali ke Benteng Bayu. Pasukan Blambangan di Bayu dipimpin oleh Mas Jagalara/Jagapati II bersama Bapa E

PERJUANGAN MAS REMPEG

Gambar
Jaka Pakis/Mas Rempeg/Jagapati/Wong Agung Kalinggan/Pseudo Wilis adalah agul-agul atau panglima perang Kerajaan Blambangan dalam perang semesta Blambangan kedua di Bayu (lazim dikenal dengan sebutan Perang Bayu). Ayahnya bernama Mas Bagus Puri Dalem Wiraguna, sedangkan ibunya bernama Mas Ayu Prada. Akibat kerugian finansial dalam Perang Wilis, pada tahun 1768 kompeni menggadaikan daerah Besuki pada Kapten China, Han Boe Sing dan mengumumkan amnesti masal bagi rakyat Blambangan. Pada Juli 1771, Gubernur Johanes Vos mengangkat Raden Kartonegoro menjadi Bupati dengan Jaksanegara sebagai Patihnya. Namun pada Agustus 1771, pergolakan muncul karena rakyat tidak terima atas pengangkatan dua pemimpin bentukan VOC tersebut. Residen Blambangan Mayor Colmond yang kejam menghadapi protes dan menyita semua bahan pangan. Setiap lurah wajib menyerahkan dua ekor kerbau dan tiap kepala keluarga dikenai pajak 3,5 gulden per tahun. Dia juga memperbudak penduduk untuk membangun dan memperkuat Ben

PERJUANGAN KI AGUNG WILIS

Gambar
Namanya adalah Mas Putra, saat menjadi Patih Amangkubhumi (Perdana Menteri) Blambangan dia bergelar Wong Agung Wilis, dan setelah turun dari jabatannya dia dikenal sebagai Mas Sirna Wibhawa. Dia menjabat sebagai Perdana Menteri Blambangan sekitar tahun 1736-1760 mendampingi kakaknya, Pangeran Danuningrat yang berkuasa tahun 1736-1764. Setelah kakaknya tiada, Agung Wilis menjadi Pangeran Blambangan sekitar tahun 1764-1778. Ayahnya bernama Pangeran Mas Purba atau Prabu Danurejo (1697-1736) dan ibunya adalah Mas Ayu Kabakaba. Pada tahun 1743, Kapten Baron von Hohendorff menekan Sunan Amral (Amangkurat II) dari Kartasura agar menyerahkan wilayah Java’s Oosthoek kepada kompeni sebagai imbalan atas bantuan mengembalikan Tahta Kartasura kepadanya. Dua puluh empat tahun kemudian, tepatnya tanggal 20 Februari 1767, ekspedisi 45 kapal militer kompeni di bawah pimpinan Kapten Erdwijn Blanke yang terdiri atas 335 serdadu Eropa, 3.000 laskar pribumi berangkat untuk menduduki Blambangan. Pada