Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2018

SEJARAH DESA BENCULUK (Bagian 1)

Gambar
BUAHAN JOLOK DARI BENCULUK Oleh: M. Hidayat Aji WR. Jika ada nama desa yang benar-benar asli Blambangan dan tidak mengalami perubahan ejaan maupun tulisan, salah satu yang patut disebut terlebih dahulu diantara desa-desa tua itu adalah Benculuk. Hal ini karena semua catatan, baik catatan Lokal, catatan Belanda, catatan Bali, bahkan cerita lisanpun menyebutnya Benculuk. Walaupun orang Banyuwangen pengucapannya menjadi Bencolok, tetapi penulisanya tetap Benculuk. KESALAHAN DALAM CERITA TUTUR Dalam cerita rakyat disebutkan bahwa, desa ini disebut Benculuk berawal dari kisah Mataram Menaklukkan Balambangan. Pemimpin pasukan Mataram adalah Pangeran Mas Jolang (1601-1613) dan Juru Martani (lahir: ? - wafat: 1615). Sementara Balambangan dalam cerita itu disebutkan dipimpin oleh Prabu Siung Laut dan patihnya Jatasura. Diceritakan untuk melawan pasukan Mataram maka sang raja memerintahkan kepada Patih Jatasura dan Adipati Asembagus, Hario Bendung. Dalam pertempuran itu, Mas Jolang bersama

PANCASILA AGUNG

Gambar
Pancasila, pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila kemudian menunjukkan wibawanya, sebagai Soko guru tertinggi perundang-undangan di Indonesia. Hari lahirnya dirayakan setiap 1 Juni dan hari kesaktiannya juga diperingati setiap 1 Oktober. Pada tanggal 30 September 1965, enam Jenderal dan 1 Kapten serta berberapa orang lainnya dibunuh dalam upaya kudeta gagal yang pada akhirnya berhasil diredam oleh otoritas militer Indonesia. Pemerintah kemudian menetapkan 1 Oktober sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Jauh sebelum itu, di Banyuwangi, di Balambangan tepatnya, peristiwa heroik berasaskan nilai-nilai ke-Pancasila-an pernah terjadi. Saat itu, Oktober 1767, rakyat Balambangan lintas suku, lintas agama, sebaga