Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2018

LINTAS KOMUNITAS GELAR SARASEHAN DUKUNG WONG AGUNG WILIS JADI PAHLAWAN NASIONAL

Gambar
Banyuwangi- Berawal dari kegelisahan para pegiat sejarah di Kabupaten Banyuwangi tentang tidak adanya sosok pahlawan Nasional dari kota Gandrung, ahirnya beberapa komunitas pegiat sejarah megadakan sarasehan yang bertema "A dakah Sosok Tokoh Pahlawan Blambangan". Dan ahirnya Sarasehanpun sukses digelar pada hari kamis (20/9) di Pendopo Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Banyuwangi. Acara yang dibuka oleh P. Choirul Ridho ini digelar pada pukul 13:30 WIB, terbukti mampu menarik hampir seratusan orang dari berbagai komunitas dan umum untuk menghadiri dan ikut serta dalam mengsukseskan pengajuan nama sosok tokoh pahlawan dari bimi Balambangan. Dalam paparan awal yang disampaikan oleh bapak Samsubur seorang sejarawan senior asal kecamatan Kalibaru mengatakan setidaknya ada tiga tokoh yang pantas dijadikan " Pahlawan dari  Bumi Balambangan", yakni Wong Agung Wilis, Mas Ayu (sayu) Wiwit, dan Mas Rempeg (pangeran Jogopati). tetapi yang paling lengkap datanya baik dar

KEBOAN ALIYAN, RITUAL ADAT KUNO YANG MAMPU BERTAHAN RATUSAN TAHUN

Gambar
Rogojampi. Minggu pagi (16/9) suasana desa Aliyan kecamatan Rogojampi Banyuwangi nampak lebih ramai dibandingkan biasanya, rumah-rumah dihiasi dengan gapura bambu dan janur kuning, juga membunyikan lagu-lagu tradisional lewat pengeras suara, nampak juga sejumlah warga menggelar tikar dan tumpeng di jalan desa. Bukan tanpa alasan warga desa Aliyan melakukannya, tak lain adalah untuk ritual adat tahunan Keboan , yang diadakan setiap Awal bulan Suro pada penanggalan jawa. Acara pagi itu diawali dengan syukuran di jalan desa yang dipimpin langsung oleh tokoh agama setempat lewat pengeras suara yang ada di masjid. Seolah tanpa dikomando puluhan warga tiba-tiba kesurupan dan bertingkah layaknya kerbau. Badannya kaku dengan tangan mengepal di dada. merekapun berlari mencari kubangan yang telah disediakan sebelumnya oleh warga desa di ikuti oleh anggota keluarga yang lain yang yelah siap dengan membawa ember berisi air bersih untuk membersihkan kepala anggota keluarganya yang kerasukan. Di

TAWANGALUN II, TRUNOJOYO, KARAENG GALESONG - TRIO PENGHANCUR MATARAM

Gambar
TAWANGALUN, TRUNOJOYO, DAN KARAENG GALESONG (Trio penghancur Mataram) Pelarian Karaeng Galesong ke tanah Jawa dikarenakan kekalahan kerajaan Gowa oleh Belanda pada tahun 1669. Ia tidak ingin berada di bawah jajahan Belanda, karenanya memilih untuk meninggalkan tanah Gowa bersama beberapa kerabat kerajaan. Mereka antara lain Karaeng Tallo Sultan Harun Arrasyid Tumenanga ri Lampana dan Daeng Mangappa, saudara kandung Karaeng Tallo. Dua lainnya paling terkenal adalah Karaeng Galesong Tumenanga Ritappana, dan Karaeng Bontomarannu Tumma Bicara Butta Gowa. Kerajaan Gowa yang mahsyur berabad di kaki pulau Sulawesi itu, akhirnya takluk di moncong meriam Kompeni Belanda. Di daerah Bungaya, pada tahun 1667 I Mallombassi Daeng Mattawang, Sultan Hasanuddin bersimpuh pada klausul Bungaya (cappaya ri Bungaya) walau sangat merugikan kerajaan. 15 benteng di sepanjang pesisir selatan runtuh, petinggi kerajaan ramai-ramai tunduk pada Belanda. Sejarah menuturkan, perjuangan Karaeng Galesong berlanjut

GESAH REMBUK SEJARAH DESA ALIYAN

Gambar
Anton Sujarwo, SE. Kepala Desa Aliyan ROGOJAMPI- Sabtu malam 8/9 suasana Desa Aliyan kecamatan Rogojampi ramai oleh masyarakat desa setempat guna acara Gesah Rembuk Sejarah Desa Aliyan yang digagas oleh Kepala Desa Aliyan ini dihadiri sejumlah Anggota komunitas Blambangan Kingdom X-Plorer (BKX), Banjoewangi Tempoe Doeloe (BTD), budayawan Banyuwangi Fatah Yasin Noor, Gus Reza cucu dari pendiri ponpes Cemoro Songgon serta seluruh elemen masyarakat dan pemuda Desa Aliyan. Dalam pemaparannya Aji Wirabhumi dari komunitas BKX mengatakan, bahwa dari pelbagai sumber catan kuno ada beberapa poin terbentuknya Desa Aliyan. Pertama terbentuknya Desa Aliyan ada bebarengan dengan Hijrahnya Mas Raka/ Prabu Tawangalun II dari Kuthadawung (paleran, Umbulsari, Jember) kepetapaan Bayu dan Mendirikan Kutha Macan putih pada kisaran tahun 1655-1661, disaat itu masih bernama Alihan Kedua, Alihan pada saat perang Bayu 1771-1774 dipimpin ki oleh Ki Kidang Garingsing dan Ki Girisena.

DAFTAR DESA KUNO DI BANYUWANGI ABAD KE.17

Sebagaimana disebutkan dalam Babad Bayu, dan catatan sensus penduduk oleh VOC seperti ditulis Dr( Leiden) Sri Margana dalam Java Last Frontier , masih sama dengan nama yg biasa digunakan pada masa Singosari, Dhadhap (Kidang Wulung),= Dadapan Rewah-Sanji (Kidang Wulung Suba/Kuwu (Kidang Wulung), =Sobo Songgon (Ki Sapi Gemarang), = Songgon Tulah (Ki Lempu Putih), = Kadhu (Ki Sidamarga), = Derwana (Ki Kendit Mimang),=Derwono Mumbul (Ki Rujak Sentul),= Tembelang (Ki Lembupasangan), =Tembelang Bareng (Ki Kuda Kedhapan),=Bareng Balungbang (Ki Sumur Gumuling), =Belumbang Lemahbang (Ki Suranata),= Lemahbang Gitik (Ki Rujak Watu),= Gitik Banglor (Ki Suragati),= Labancina (Ki Rujak Sinte),=Labancina Kabat (Ki Pandholan),= Kabat Kapongpongan (Ki Kamengan),=Popongan Welaran ( Ki Jeladri),=Welaran ( Banyuwangi Jln Panderejo ?) Tambong (Ki Reksa), = Tambong Bayalangun (Ki Sukanandi), =Boyolangu Desa Penataban (Ki Singadulan),= Penataban Majarata (Ki Maesandanu),=Mojoroto Cung