Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2019

PEPERANGAN MENJELANG HARI NATAL 1771

Gambar
PEPERANGAN MENJELANG HARI NATAL 1771 By. Mas Aji Wirabhumi Hujan turun disertai angin kencang di kaki Gunung Raung. Tanah longsor menyebabkan gempa. Setelah perang tertunda selama dua pekan, pada tanggal 13 Desember 1771, Komandan Ekspedisi VOC, Reijgers, berangkat menyerang Bayu bersama pasukannya dari kalangan tentara Eropa juga lebih dari 2.000 laskar Bangkalan, Pamekasan, dan Basuki. 14 Desember 1771, dipimpin Kapten Alapalap dan Kapten Wayan, penyerangan dimulai. Sementara di pihak Balambangan, ribuan jagabela siap menyongsong. Sayap kiri dipimpin oleh Bapa Keboundha, Ki Kebo Gagembol, Ki Tumbaktala, dan Ki Tumbakmental, sedangkan sayap kanan dipimpin oleh Ki Kidang Salendit dan Mas Jagalara. VOC melihat Benteng Bayu tak mungkin dihancurkan dengan meriam, Kapten Alapalap memerintahkan pasukannya agar menggali terowongan ke bawah benteng pada malam hari. Paginya jagabela Balambangan mengetahui hal itu dan menembaki mereka dari atas pohon, kemudian mengasapi mulut terowonga

DIMANAKAH KEDATON WETAN?

Gambar
DIMANAKAH KEDHATON WETAN? By. Mas Aji Wirabhumi Ketika kita membaca Sejarah masa akhir Majapahit, banyak yang menyebutkan bahwa runtuhnya Majapahit berawal dari konflik Paregrek antara Kedhaton Kulon dengan Kedhaton Wetan, dimana Kedhaton Wetan selalu diidentikkan dengan Balambangan sehingga muncul kesan bahwa Balambangan adalah penyebab awal runtuhnya Majapahit. Kabar tentang adanya Kedhaton Wetan bersumber dari berita China dalam catatan Dinasti Ming bahwa pada tahun 1377 M ada dua kerajaan merdeka di Jawa yang mengirim utusan ke China yaitu utusan dari raja Wu-La-Pu-Wu yang oleh para sejarawan diartikan sebagai ejaan China untuk nama Hayam Wuruk. Dan satu lagi dari raja yang bernama Lao-Wang-Chieh yang oleh para sejarawan diartikan Bhre Wengker. Dan Bhre Wengker yang berkuasa sezaman dengan Hayam Wuruk ini adalah mertuanya sendiri yang bernama Wijayarajasa Dyah Kudamerta. Dalam catatan China yang diterjemahkan oleh W.P. Groneveld disebutkan bahwa Kaisar Ch’eng-tsu (berta

DIMANA MENAK JINGGO?

DIMANA MENAK JINGGO? By. Damar Wulung & Mas Aji Wirabhumi Berbicara raja Balambangan, tentu tidak akan lepas dari sosok Menak Jinggo, Seorang raja Balambangan yg dianggap memberontak terhadap kekuasaan Majapahit karena menuntut sesuatu atas apa yang seharusnya menjadi Haknya, Menjadi Raja Majapahit dan sekaligus menikahi sang Ratu Majapahit Kencana Wungu. Namun demikian ternyata sosok ini tidak masuk dalam daftar raja raja Balambangan yg tercatat dalam sumber sejarah. Tokoh yang begitu dipercaya dan diyakini oleh sebagian masyarakat Jawa Timur ini ternyata hanyalah tokoh fiktif. Tokoh yang hanya ada dalam lakon kesenian lokal... Berikut Daftar Raja Raja Blambangan versi sejarah Pasca Balambangan merdeka dari Majapahit (1478) : @Menak Sembar (1479-1489) @Menak Bima Koncar (1489-1500) @Menak Pentor (1500-1531) @Menak Pangseng (1531-1546) @Menak Pati / Dalem Shri Juru (1546-1575) @Menak Lumpat / Sunan Rabut Payung (1575-1639) @Menak Seruyu / Tawang Alun Nyakra (1639-16

GESAH BARENG PERUPA DAN SEJARAWAN BLAMBANGAN

Gambar
Banyuwangi- Suksesnya pagelaran pameran lukisan patung dan fotografi bertajuk laras di Gedung Wanita Banyuwangi awal bulan lalu membuat panitia pagelaran mengadakan acara tasakuran dengan mengundang sejumlah perupa, budayawan dan sejarawan di Banyuwangi. Acara yang dihelat di Aula SMA NU Gombengsari tanggal 01 Desember 2019 ini diberi tajuk "Gesah Bareng Perupa Dan Sejarawan Blambangan" ini pun berlangsung Gayeng, Kent Ali selaku wakil panitia dan tuan rumah mengatakan bahwa acara ini digagas sebagai rasa syukur atas keberhasilan penyelenggaraan pameran lukisan bulan lalu, bahkan bisa dikatakan bahwa acara itu adalah acara tersukses dari acara serupa dari tahun tahun sebelumnya, oleh karena itu panitia berinisiatif membuat acara tasakuran. Dalam acara gesah ini dibuka oleh paparan Bhogi Bayu yang mengatakan bahwa Blambangan ini adalah sebuah kerajaan besar yang multi etnis sehingga wajar jika hingga kini ada beragam budaya yang berkembang di Banyuwangi yang merupakan b